Pages

Monday, July 19, 2010

IRUMA

    

   "Cepetan siap-siap yah. Kita ke resepsinya sekarang ajah." Perintah Bunda tiba-tiba begitu membuka pintu kamar.
  "Yah, Bundaaa. Katanya tadi abiz maghrib  perginya. Kenapa tiba-tiba berubah gini sih?" keluh Ririn.
   "Bunda takut ntar rame klo perginya jam segitu. Udah, buru ganti baju sana." Perintah Bunda lagi.
   "Iya deh, Bunda."
   Seperti biasa, di akhir pekan Ririn harus mengantarkan Bunda ke setiap resepsi pernikahan. Bunda tidak pergi bersama Ayah karena keberadaan beliau yang di luar negeri. Dengan malasnya, Ririn pun bergerak melakukan apa yang diperintahkan Bunda padanya. Ia bangun dari kasurnya, mengemaskan laptop yang sedari tadi menjadi temannya dan bergegas mandi. Tak lama kemudian, ia pun sudah berubah menjadi gadis yang elok dengan gaun pesta merah muda dan hiasan pita warna senada di rambutnya.
   "Bunda!" Panggil Ririn tiba-tiba. "Resepsinya di mana sih?"
   "Loh, emang Bunda belum bilang yah?" Tanya Bunda bingung.
   "Ya, belumlah Bunda." Jawab Ririn pelan, "klo udah, kenapa juga Ririn tanya ke Bunda lagi."
   "Di balai pertemuan Rahayu, Rin, yang deket Kantor Bupati itu loh." Terang Bunda.
   "Ouw, oke deh Bunda. Lets go." Jawab Ririn, sambil menginjak gas. Beranjak dari garasi rumah bersama Bunda di kursi sebelah.
   Perjalanan tak membutuhkan waktu lama. 20 menit kemudian, mereka berdua telah tiba di gedung pertemuan Rahayu, di mana diselenggarakannya resepsi pernikahan anak salah satu kolega Bunda. 
   Saat memasuki area resepsi Ririn dibuat kaget dengan tema resepsinya karena bernuansa alam, ada pepohonan, bunga-bunga yang indah dan tak lupa aneka gambar hewan-hewan nan lucu yang dipasang tersebar dalam area resepsi  dan yang paling disukai Ririn adalah jalan yang dibentuk menyerupai sungai. Setiap tamu berjalan di atas kaca yang di bawahnya mengalir air yang bening dan terdapat ikan-ikan yang berenang. "Cantik sekali." Pikir Ririn sambil berjalan mengikuti Bunda.
   Tiba-tiba Ririn melihat sosok seseorang yang dikenalnya turun dari mobil di depannya. 
   OMG. Tuh beneran kak Iruma? Ririn bertanya pada dirinya sendiri, Gila, udah lama gak ketemu. Kenapa ketemunya di sini lagi?! Tiba-tiba Ririn salting dan ngerasa deg-degan.
   "Kamu kenapa, Rin?" Tanya Bunda.
   "Ah, nggak kenapa-napa koq Bun." Ririn ngeles, "lucu yah temanya. Rin suka deh liatnya." Bisik Ririn di telinga Bundanya sambil terus memandang sesosok rupa di depannya.
   "Iyah, lucu. Ntar waktu kamu nikah, juga mau kayak gini temanya?" Tanya Bunda.
   "Ah, Bunda. Koq jadi ngomong gitu ah. Nikahan Rin kan masih lama. Kenapa juga ditanyain temanya sekarang?" Wajahnya tersipu malu.
   "Bunda kan cuma tanya ajah." Jawab Bunda sambil mencubit pipi Ririn.
   "Bunda.." Mengelus pipinya, "malu ah, diliatin orang. Emang Rin anak kecil dicubitin pipinya gitu."
   "Iya, sayang. Nah sekarang mau makan apah?" Tanya Bunda halus. Ririn melihat ke sekeliling, mencari-cari menu apa yang enak dimakan baginya.
   "Sate ajalah." Ririn dan Bunda bergegas ke stand sate yang berada di sebelah kiri pintu masuk.
   Sesaat setelah Ririn mengambil makanannya, tiba-tiba dari  arah belakang seseorang menyentuh pundaknya. Dengan segera dia membalikkan badan dan betapa kaget dan gugupnya Ririn saat tahu siapa sosok yang menyentuh pundaknya tadi.
   "Kak Iruma?!" Suaranya dibuat senormal mungkin, walaupun tak begitu dengan jantungnya yang berdegup kencang.
   "Gimana kabarnya?" Tanya Iruma lembut
   Aigoo.. lembut banget suaranya. Bisik Rhein dalam hati.
   "Baik, kok." Jawab Ririn singkat.
   "Kenal juga yah ma pengantinnya?"
   "Anak koleganya Bunda, Kak."
   "Ouw, lumayan deket donk yah?" Iruma kembali bertanya ditambah senyumam di bibirnya.
   Gila.. Tambah melting gue dibuatnya..
   "Iya." Ririn membalas senyumannya, "Kak, Rin duluan yah." Beranjak dari tempatnya berdiri dan bergegas duduk di kursi sebelah Bunda.
   Setelah selesai menyantap hidangan pesta, Ririn dan Bunda memberi ucapan selamat kepada pengantinnya. Dan ketika Ririn mau melangkahkan kakinya, tiba-tiba datang Iruma dari arah berlawanan.
   "Duluan yah." Ucapnya lembut dan tak lupa senyuman manis dari bibirnya ke arah Ririn.
   "Ah.." Ririn agak terkaget, "iya kak." sambungnya cepat.
   Ririn dan Bunda pun pulang ke rumah. Betapa bahagianya Ririn sekembalinya dari resepsi pernikahan itu. Tanpa sadar ia terus tersenyum dan menari-nari di kamarnya. Ia ingat betul, bagaimana ekspresi Iruma saat berhadapan dengannya, bagaimana tingkah Iruma yang celingak-celinguk ngeliatin ke arahnya, pokoknya sikap Iruma yang bikin jantung Ririn berdegupp kencang.
   Selagi Ririn mengingat-ngingat tingkah laku Iruma, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Diliatnya sebuah nama tertera di layar, 'Uri Jagiya'. Oh, no. Ngapain neh orang tiba-tiba nelpon? Mati deh gue, mau ngomong apa neh? 
   "Hallo.." Jawabnya kemudian setelah menghela nafas panjang, "ada apa kak nelpon Rin malem-malem gini?"
   "Hmm, enggak. Cuma keinget kamu ajah." Jawab orang itu sekenanya.
   "Hah?! Inget aku? Kakak nggak salah mau nelpon orang kan?!" Tanya Ririn tak percaya.
   "Loh, emang salah yah klo kak Iruma nelpon Ririn?" Tanya Iruma balik.
   "Nggak sih kak, cuma tumben ajah kakak nelpon Rin."
   "Rin!" Panggil Iruma mendadak.
   "Iya, kak."
   "Besok mau temenin kakak jalan nggak?"
   "Hah?! Jalan ke mana, Kak?"
   "Besok juga kamu tau. Kakak jemput kamu jam 4 yah. Ok!"
   "Tapi kak..." Belum juga Ririn sempat menjawab, saluran telpon sudah di tutup. 
   OMG.. Neh orang mau ngajak gue jalan ke mana coba?! Besok gue gimana neh, mana pertama kali lagi jalan ma dia. Ampun dah. Semoga besok gue nggak dibuat pingsan aja deh ma dia. Walau pikiran Ririn tak tentu arah memikirkan acara jalan-jalan besok, tapi ia berusaha untuk memejamkan matanya untuk tidur.


(to be continued)

No comments: